SHARING LITERASI; MEMBACA DENGAN NAMA TUHAN, MENULIS UNTUK KEABADIAN

0

Rahcmad, Martapura 2024 – RTH Kompas Manis. Sharing literasi bersama Duta Tarbiyah berhasil dilaksanakan. Nazwatunisa sebagai Duta Tarbiyah sangat antusias memberikan pengalamannya di dunia literasi. Penulis melontarkan sebuah pertanyaan kepada beliau, “buku apa yang pertama kali mengubah hidup Ka Nazwa?” beliau pun menjawab dengan nada serius, “buku yang berjudul Ketika Takdir Harus Merenggut karya Umi AlifahBuku yang sangat menyentuh batin,” kemudian beliau menyimpulkan, “membaca karya fiksi seperti novel membuat value dalam diri bertambah.”

Penulis juga diberi kesempatan untuk berbicara mengenai literasi, terutama membahas tentang dampak negatif dari jauhnya diri dari kegiatan berliterasi. “Ketika scroll-scroll tiktok, pasti sedikit sekali yang kita ingat dari video yang kita lihat sebelum kita scroll ke bawah, bahkan lupa sama sekali apa isi videonya. Namun berbeda dengan membaca buku, ketika membaca buku, kita dituntut untuk mengingat halaman sebelumnya, sebelum beralih ke halaman berikutnya. Karena jika kita lupa dengan halaman sebelumnya, pasti kita akan sulit menyimpulkan dan sulit memahami informasi secara utuh,” ucap penulis. 

Suasana sore yang begitu hangat, “padahal (kami) belum pernah bertemu sebelumnya,” ucap Nazwatunisa. Kegigihan teman-teman dalam menggeluti minat literasinya membuat penulis kagum. Penulis berharap tema sharing yakni “Membaca Dengan Nama Tuhan, Menulis Untuk Keabadian” dapat mewujud dalam semangat literasi kami, semangat hidup kami".

Lebih-lebih kami adalah seorang mahasiswa. Ternyata salah satu anggota klub buku Gema Aksara dengan nama pena Mahzah_Arrasyd mahasiswa Fakultas Tarbiyah Semester II, sudah memiliki karya buku solo dan antologi, diantara judul bukunya: Second Life Aqila dan Arunika Melodi Rasa. Beliau juga memberi tips kepada kami agar menjadi penulis yang produktif dan berkembang, “misalnya kita hanya ingin menulis, tetapi tidak menulis sampai selesai, menurut saya itu susah untuk berkembang. Jika ingin berkembang, banyak-banyaklah membaca dan menulis, karena jika kita menulis tetapi tidak dilengkapi dengan membaca, maka perekembangan tulisan atau kata-katanya itu akan sulit.”

Foto Bersama Dengan Duta Tarbiyah

Di sela-sela kegiatan sharing, penulis penasaran, siapa penulis yang dikagumi oleh anggota Gema Aksara yang bernama pena Mazhab Arrasyd ini? “Asma Nadia,” jawab beliau. Memang Asma Nadia terkenal dengan tulisannya yang memukau, tulisannya dapat menghipnotis para pembaca, sehingga pembaca seakan-akan diajak mengarungi bersama cerita di dalam novel-novelnya. 

Kami (Gema Aksara) pun berharap agar Nazwatunisa sebagai Duta Tarbiyah dapat mendukung kegiatan kami, dengan begitu kami dapat leluasa merangkul teman-teman yang lain. Dan Al-Hamdulillah Nazwatunisa pun menyatakan dukungannya untuk kegiatan ini, beliau juga memberi semangat kepada kami, agar selalu semangat menggalakkan semangat literasi di kampus dan masyarakat sekitar. 

Anggota kami dengan nama pena Naqiy juga turut hadir, beliau memang sering aktif menulis di media sosial. Puisi-puisi yang beliau tulis sarat akan nilai-nilai ketundukan kepada  Allah. Benar-benar sangat memotivasi kami, untuk kembali dan lebih semangat untuk menghadap-Nya. Kegiatan rutinan sabtu sore memang tak seramai sabtu sore kemarin. Namun keseruannya sama seperti sebelumnya, karena banyak yang sudah terjun ke dalam dunia menulis. Sehingga pembicaraan kami sarat akan motivasi dan kritik yang membangun. Tak hanya membahas literasi, kami juga sedikit membicarakan masalah kesehatan mental, “bagaimana agar anak korban broken home (perceraian) itu agar tetap stabil mentalnya untuk menjalani kehidupan?” dan “apakah kegiatan literasi dapat membantu mereka untuk pulih?”. 

Suasana Diskusi Ilmiah Tentang Seputar Kecintaan Terhadap Buku

Kami berharap bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Kami mengucapkan beribu-ribu berterima kasih kepada Dosen-dosen dan teman-teman IAI Darussalam Martapura yang telah banyak memotivasi kami dan mendukung kegiatan kami. 


Penulis pribadi juga berterima kasih kepada staf yang bertugas di perpustakaan IAI Darussalam, karena telah ramah tamah melayani penulis untuk meminjam buku. Walau ketika penulis baru pertama kali menjejakkan kaki di IAI Darussalam Martapura, penulis keheranan dengan perpustakaannya, karena hanya buka siang. Tapi sekarang syukur beribu-ribu syukur, buku-buku di sana sangat berkualitas. Penulis terkejut bisa-bisanya karya monumental Sayyid Baqr Shadr ada disana yakni “Falsafatuna”. 

Sekian terima kasih, adakah namamu di perpustakaan?

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)