Rahcmad, Martapura 2024 – Klub Buku Gema Aksara yang dibentuk oleh penulis beserta teman yang sama dari Fakultas Tarbiyah yakni Nor Habsah dan Liani Agustina, telah berhasil melakukan agenda rutin setiap sabtu sore. Agenda yang kami adakan adalah lapak baca gratis untuk umum, yang buku-bukunya didapat dari penulis dan hasil donasi dari teman-teman Mahasiswa IAI Darussalam Martapura. Kemudian kami juga mengadakan agenda diskusi dan berbagi.
Latar belakang berdirinya klub buku ini adalah karena kami melihat kurangnya minat baca dan sepinya diskusi-diskusi keilmuan di kampus IAI Darussalam Martapura. Padahal untuk kuliah kami dibiayai orang tua. Karena kami tak ingin keringat yang mengucur pada mereka itu sia-sia, maka kami berpikir bagaimana kegiatan kami di luar perkuliahan dapat mengasah bakat dan minat kami, lebih-lebih pada membaca dan berdiskusi untuk memecahkan sebuah masalah.
Selain itu kami juga sedang menggarap buku antologi puisi & cerpen, yang insya Allah akan rampung sebelum hari raya Idul Fitri.
Pada sabtu sore, tanggal 23 Januari 2024 kami mengundang Ridho F. Al-Ghozi, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dengan konsentrasi SKI Semester VIII untuk menjadi pemateri agenda diskusi kami. Tema yang kami usung adalah “Sejarah Sebelum Yang Lain; Cara Mempelajari Masa Lalu”. Agenda diskusi kali ini cukup menarik bagi penulis, dikarenakan membahas mengenai tentang sejarah.
Anak-anak Sedang Antusias Memilah dan Memilih Buku Bacaan |
Suasana Membaca Di RTH Kompas Manis |
Kegiatan ini kami lakukan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kompas Manis, yang tidak terlalu jauh dari IAI Darussalam Martapura tempat kami berkuliah. Kami memilih tempat ini selain dekat dengan kampus, juga banyak anak-anak.
Pemateri sangat handal dalam menyampaikan materi yang juga sebagai rumpun bidang konsentrasinya, dari beliau kami diberi penjelasan bahwa ada unsur-unsur sejarah yakni tokoh, tahun, tempat, dan kausalitas.
Tak hanya itu, beliau juga memaparkan dengan detail konsep-konsep yang digunakan untuk mempelajari sejarah yakni sinkronik dan diakronik, yang mana sebelumnya banyak di antara peserta diskusi yang belum paham tentang konsep tersebut. Di sela-sela pembahasan, beliau mengeluarkan banyak buku dari koper baju yang beliau bawa dari rumah. Buku-bukunya sangat beragam dari yang paling tebal hingga paling tipis, bahkan ada kitab gundul yang membahas sejarah Nabi Muhammad SAW.
Narasumber Sedang Menjelaskan Sinkronik dan Diakronik |
Sambil mengeluarkan buku, beliau menjelaskan konsep penulisan buku yang beliau keluarkan tersebut, “nah, buku ini ditulis dengan menggunakan konsep sinkronik, sedangkan buku yang satunya lagi ditulis dengan menggunakan konsep diakronik,” papar beliau dengan sangat semangat.
Sabtu lalu kegiatan kami banyak dikerumuni anak-anak, mereka membaca buku yang telah kami sediakan, tapi untuk sabtu ini sangat sepi dikarenakan hujan. Untung taman tempat kami mengadakan agenda ada tempat berteduh, jadi kami bisa tetap melanjutkan agenda diskusi. “Dengan modal penasaran yang besar dan diiringi kecamuk tanya yang tak kunjung usai, insya Allah lautan pengetahuan akan membawa pada persimpangan jalan menuju Tuhan” tutur penulis.
Penulis Beserta Peserta Lain, Sedang Mengamati Buku-buku yang di suguhkan |
Kami (Klub Buku Gema Aksara) tak mempunyai banyak kemampuan, tetapi kami menaruh harapan, bahwa apa yang kami galakkan mengenai semangat iqro’ akan merubah cara pandang para mahasiswa khususnya masyarakat Indonesia untuk menuju keluasan pemikiran dan cara pandang hidup, agar mudah mencicipi hidangan bahagia di bumi lebih-lebih di akhirat kelak. Aamiin.
Para peserta diskusi sangat antusias, salah satunya St. Maisarah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Semester II, beliau berpendapat “Kegiatan ini sangat menambah wawasan kami, serta ilmu yg bermanfaat. khususnya di bidang sejarah, dari pemaparan narasumber yang jelas, lugas, dan dalam membuat kami paham apa itu makna sejarah yang beliau sampaikan. Harapan saya tentu semoga minggu-minggu kedepan ada acara seperti ini lagi.”
Sebelum menutup tulisan ini, penulis teringat perkataan seorang aktivis yang selalu vokal untuk melawan ketidakadilan, yakni Wiji Thukul.
“Kamu calon konglomerat ya? Kamu harus rajin belajar dan membaca, tapi jangan ditelan sendiri. Berbagilah dengan teman-teman yang tak dapat pendidikan”.
Ringkasnya dari ungkapan Bang Wiji bahwa, Jadilah manusia yang bermanfaat. akhirnya harapan kami kepada Ibu, Bapak, serta kawan-kawan yang ingin bergabung hadir dan berbagi ilmu seputar literasi. Silahkan menghubungi penulis.