Workshop Integrasi Teknologi dan Penguatan Kompetensi Kritis Dorong Profesionalisme Mahasiswa PAI di Era Modern
Mihrab, Martapura 2025 - Dalam upaya menjawab tantangan pendidikan Islam di tengah arus transformasi digital dan perubahan zaman, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Darussalam Martapura menggelar "Workshop Integrasi Teknologi dan Penguatan Kompetensi Kritis: Tantangan dan Peluang dalam Membangun Profesionalisme Mahasiswa Pendidikan Agama Islam di Era Modern" pada Kamis, 22 Mei 2025. Kegiatan ini dipusatkan di Auditorium IAI Darussalam Martapura dan diikuti oleh mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), khususnya.Laporan Ketua Pelaksana Workshop |
Sebelum acara dimulai, Ketua Pelaksana kegiatan, M. Miftah Arief, M. Pd., dalam laporannya menyampaikan bahwa workshop ini dirancang untuk membekali mahasiswa dengan wawasan dan keterampilan yang relevan agar mampu bersaing di dunia kerja dan berkontribusi nyata dalam dunia pendidikan Islam yang terus berkembang. “Kami berharap kegiatan ini bisa membuka cakrawala mahasiswa agar tidak gagap teknologi dan mampu mengelola informasi secara kritis dan konstruktif. Dua hal ini integrasi teknologi dan kemampuan berpikir kritis keduanya ini adalah kunci profesionalisme di masa kini,” ungkap Miftah.
Acara dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Tarbiyah, Drs. H. Sofrayani, M. Pd. I., yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya kesiapan mahasiswa menghadapi era digitalisasi dalam pendidikan, tanpa kehilangan esensi nilai-nilai keislaman. “Era modern bukan ancaman, tetapi peluang bagi kita semua. Mahasiswa PAI harus bisa hadir sebagai pendidik yang bukan hanya menguasai materi agama, tapi juga mampu menyampaikan dengan pendekatan teknologi dan berpikir kritis,” tegas beliau.
Arahan dari Dekan Fakultas Tarbiyah IAI Darussalam Martapura |
Sesi pertama workshop diisi oleh Muhammad Zulkifli, M. Pd. I., yang membawakan materi dengan sub tema “Integrasi Teknologi dalam Pendidikan Islam: Tantangan dan Peluang bagi Mahasiswa PAI di Era Modern.” Dalam paparannya, Zulkifli menekankan pentingnya peran teknologi sebagai media dakwah dan pembelajaran Islam yang inklusif dan adaptif. “Hari ini, kita tidak lagi bisa mengandalkan metode ceramah semata. Mahasiswa PAI harus menguasai platform digital, membuat konten keislaman yang edukatif, serta mampu mengajar dengan memanfaatkan media digital interaktif,” jelasnya.
Ia juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh generasi muda Islam, seperti hoaks agama, penyalahgunaan media sosial, serta menurunnya minat terhadap pembelajaran keislaman. Menurutnya, mahasiswa PAI harus hadir sebagai pionir yang membawa konten Islam yang otentik dan solutif. Zulkifli memberikan contoh konkret berupa penggunaan aplikasi pembelajaran interaktif, podcast dakwah, video pendek edukatif di media sosial, serta pengembangan e-learning berbasis nilai-nilai Islam.
Sedangkan sesi kedua dilanjutkan oleh Masruddin, M. Pd. I., dengan sub tema “Penguatan Kompetensi Berpikir Kritis untuk Profesionalisme Mahasiswa PAI.” Dalam pemaparannya, Masruddin menjelaskan bahwa berpikir kritis bukan berarti membantah, tetapi kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan merespons informasi secara logis dan bertanggung jawab. “Mahasiswa PAI harus bisa memilah mana argumen yang sahih, mana berita yang keliru, mana dalil yang relevan, dan mana yang dipelintir. Tanpa kemampuan berpikir kritis, kita mudah terjebak pada fanatisme buta dan sikap intoleran,” tegasnya.
Masruddin juga memaparkan sejumlah strategi pembelajaran yang dapat menumbuhkan pola pikir kritis, seperti metode diskusi terbuka, analisis kasus, penulisan reflektif, dan debat akademik berbasis data. Ia menyebut bahwa kompetensi ini penting tidak hanya untuk menghadapi dunia akademik, tapi juga dalam kehidupan sosial, keagamaan, dan kepemimpinan masyarakat. “Kritis bukan berarti keras. Justru berpikir kritis itu bagian dari adab ilmiah, yang menghindarkan kita dari sikap reaktif dan fanatik,” ujarnya.
Respons Peserta dan Dampak Kegiatan Kegiatan berlangsung interaktif dan disambut antusias oleh para peserta. Salah satunya adalah Murni, mahasiswa semester VI sekaligus Muderator dalam kegiatan ini merasa sangat termotivasi dengan materi yang disampaikan. “Saya jadi sadar, ternyata menjadi guru PAI itu menantang. Kita harus paham teknologi dan juga punya cara berpikir yang logis. Bukan hanya menyampaikan materi, tapi juga membentuk cara berpikir siswa,” ungkapnya.
![]() |
Narasumber Kedua Sedang Memaparkan Materi |
Ia berharap kegiatan seperti ini bisa dilanjutkan dengan pelatihan praktis, seperti pembuatan konten pembelajaran digital atau workshop desain kurikulum berbasis teknologi. Acara ditutup dengan sesi refleksi bersama. Pihak panitia menyatakan bahwa workshop ini merupakan bagian dari rangkaian program penguatan kompetensi mahasiswa menjelang kelulusan dan persiapan memasuki dunia kerja.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, Fakultas Tarbiyah IAI Darussalam Martapura menegaskan komitmennya dalam mencetak calon pendidik agama Islam yang profesional, adaptif, dan siap menjawab tantangan zaman dengan akal sehat, teknologi, dan nilai-nilai Islam yang kokoh.