Raden, Martapura 2025 - Guna membekali mahasiswa dengan kemampuan riset dan penulisan ilmiah yang mumpuni, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Darussalam Martapura menggelar workshop bertajuk “Menumbuhkan Budaya Al-Tahqiq Al-Ilmi pada Mahasiswa PAI: Dari Proposal hingga Tugas Akhir”. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu 17 Mei 2025 ditujukan khusus untuk mahasiswa semester VI sebagai persiapan menghadapi tahap akhir studi.
Bertempat di Micro Teaching Fakultas Tarbiyah, workshop ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu I M. Miftah Arief, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam sekaligus tim verifikasi proposal mahasiswa, dan Mihrab Afnanda, M. Pd., Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah yang juga dikenal sebagai penggerak penguatan budaya akademik dan non-akademik di lingkungan kampus.
Ketua Program Studi PAI, menyampaikan pentingnya membudayakan sikap tahqiq al-ilmi atau ketelitian ilmiah sebagai karakter utama mahasiswa pendidikan Islam. “Budaya tahqiq al-ilmi bukan hanya tentang menulis tugas akhir, tetapi bagaimana kita membangun tradisi berpikir kritis, analitis, dan sistematis dalam seluruh proses akademik,” ucapnya.
Dalam penyampaian materinya M. Miftah Arief, M. Pd. mengupas strategi praktis dalam menyelesaikan tugas akhir secara cepat namun tetap menjaga kualitas ilmiah. Ia membagi kiat menjadi tiga aspek utama: perencanaan matang, manajemen waktu, dan kedisiplinan dalam menulis. “Yang membuat tugas akhir lama diselesaikan biasanya karena mahasiswa tidak punya target dan tidak konsisten menulis. Padahal, kalau dijadwalkan dengan disiplin, dua bulan pun bisa selesai,” ungkap Miftah di hadapan peserta.
Ia juga membagikan pengalaman-pengalaman nyata dari mahasiswa sebelumnya yang berhasil menyelesaikan tugas akhir lebih awal karena mengikuti pola kerja sistematis yang ia sebut sebagai tahapan 3-2-1: tiga minggu riset dan pengumpulan data, dua minggu penulisan draft, dan satu minggu revisi bersama pembimbing.
Tidak hanya teori, Miftah juga membimbing mahasiswa secara langsung membuat daftar kegiatan mingguan dan target penulisan yang realistis sesuai dengan kapasitas masing-masing. terang Miftah dengan semangat. Ia juga menekankan pentingnya mahasiswa memiliki peta minat riset sejak awal semester, agar proses penulisan tugas akhir tidak terkesan terburu-buru dan asal-asalan. Dalam sesi ini, para peserta diajak untuk langsung mempraktikkan menyusun draft awal proposal berdasarkan tema yang mereka minati.
Pada sesi kedua, Mihrab Afnanda, M. Pd. menyampaikan secara teknis alur pengajuan judul skripsi yang kini dilakukan sepenuhnya secara daring melalui aplikasi SIPJUSI. Ia menjelaskan bahwa sistem ini dikembangkan untuk memudahkan mahasiswa, meningkatkan transparansi proses akademik, serta memastikan bahwa data pengajuan terkelola dengan rapi dan terdokumentasi. “SIPJUSI bukan hanya tempat mengajukan judul, tapi juga sarana komunikasi akademik antara mahasiswa, dosen pembimbing, dan kaprodi. Semua proses mulai dari pengajuan, revisi, hingga persetujuan bisa dilacak secara digital,” jelas Mihrab.
Mahasiswa diajak langsung untuk membuka aplikasi SIPJUSI menggunakan perangkat mereka masing-masing. Dalam sesi praktik, Miftah membimbing peserta mengisi form judul, memilih bidang konsentrasi, dan mengunggah proposal singkat.
Ia juga menegaskan bahwa mahasiswa harus mengajukan judul berdasarkan minat dan referensi ilmiah yang kuat, bukan hanya sekadar ikut-ikutan. “Kita ingin mahasiswa benar-benar memahami apa yang diteliti. SIPJUSI hanya alat, tapi isi judul dan proposal tetap ditentukan oleh kualitas ide dan pemahaman mahasiswa,” tegasnya.
Salah satu peserta, Paili, mahasiswa semester VI, mengaku sangat terbantu dengan adanya workshop ini. Menurutnya, kegiatan tersebut memberikan panduan yang jelas dan praktis, terutama dalam memahami alur pengajuan judul hingga penyusunan proposal tugas akhir. “Saya merasa lebih percaya diri untuk mulai menulis proposal. Selama ini saya bingung harus mulai dari mana. Ternyata ada alurnya yang logis dan bisa dipahami dengan baik,” ujarnya dengan antusias.
Paili menambahkan bahwa sebelumnya ia sering merasa tertekan dengan kewajiban menyusun skripsi karena kurangnya pemahaman terhadap tahapan-tahapan yang harus dilalui. Namun setelah mengikuti workshop ini, pandangannya berubah. “Saya jadi tahu bahwa sebenarnya semua bisa dilakukan asal kita tahu langkah-langkahnya. Mulai dari memilih judul yang sesuai dengan minat, menyesuaikan dengan konsentrasi yang ada, lalu bagaimana mengisi form pengajuan lewat SIPJUSI dengan benar,” tuturnya.
Tak hanya itu, Paili juga mengapresiasi adanya simulasi pengajuan secara langsung di aplikasi SIPJUSI. Menurutnya, praktik tersebut membuat mahasiswa lebih siap menghadapi proses yang sebenarnya. “Biasanya kalau hanya teori, cepat lupa. Tapi tadi kami langsung praktik. Itu sangat membantu, apalagi dijelaskan juga kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi saat mengajukan judul,” tambahnya. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus diadakan, bahkan di awal-awal semester, agar mahasiswa punya gambaran lebih awal dan tidak merasa terbebani ketika waktunya menyusun tugas akhir tiba.
Melalui kegiatan ini, Program Studi PAI berharap agar Budaya Tahqiq Al-Ilmi tidak hanya menjadi jargon akademik, tetapi benar-benar terinternalisasi dalam diri mahasiswa sebagai calon sarjana pendidikan Islam yang kritis, teliti, dan bertanggung jawab secara ilmiah. Pihak panitia menyampaikan bahwa kegiatan serupa akan terus diadakan secara berkala untuk mendampingi mahasiswa dalam proses penyusunan karya ilmiah, dari tahap awal hingga penyelesaian tugas akhir.