Rhaden, Batang Banyu 2023- Tepatnya di Desa Batang Banyu Kecamatan Sambung Makmur Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Tradisi maulid Syarofal Anam ini masih dilaksanakan secara rutin setiap bulannya yang mana maulid ini menurut warga setempat sudah mulai terlupakan, pasalnya tradisi ini kebanyakan dapat ditemui di daerah Hulu Sungai.
Mengenal lebih jauh Syarofal Anam, tradisi budaya di kalangan etnik Melayu, Rejang, Lembak dan Serawai di propinsi Bengkulu. Mereka melakukan syarafal Anam baik dalam upacara-upacara yang berkaitan dengan ibadah dan peringatan keagamaan (PHBI) seperti: akikah, sunatan, pemikahan, maulid nabi, MTQ, maupun pada acara-acara penting keseharian lainnya seperti memasuki rumah baru, macam-macam syukuran. Lantunan syair pujian terhadap junjungan baginda Muhammad SAW dibawakan dengan diiringi alat rebana atau familiar bagi orang banjar disebut dengan Terbang. Salah satu dari makna penting keberadaan seni Syarofal Anam ini bagi masyarakat Bengkulu adalah “kebersamaan dan kerjasama” Pertunjukan Syarofal Anam ini memerlukan keterlibatan banyak orang minimal 20 orang. Nilai-nilai kebersamaan itu tercermin dalam kerjasama saling bersahut antara kelompok pembaca syair inti dengan kelompok pembawa lagu jawab, karena pertunjukan Syarofal Anam ini berlangsung terus sampai syair pokok habis. Kerjasama tersebut dibutuhkan dalam rangka mengatur energi, ketika satu pihak melantunkan lagu jawab, maka pihak lain mempersiapkan diri untuk melantunkan syair inti, begitupun sebaliknya. Kerjasama tersebut juga harus dalam kesatuan energi suara dan gerak memukul gendang. (lihat skripsi, Nipi Antri Yuspita 2018)
Kebanyakan orang sudah pasti familiar dengan Maulid Habsyi atau Maulid Azab, Khairi Ridhoni salah seorang mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Darussalam Martapura yang ber-KKN di desa tersebut berpendapat “tradisi ini sangat baik untuk dilestarikan mengingat derasnya arus budaya asing saat ini yang bisa saja menghapuskan warisan budaya Islam yang satu ini” ungkapnya.
Sejarahnya sendiri Syarofal Anam ini sudah ada sejak kekhalifahan Salahudin Al-Ayyubi. Dimana ujaran-ujaran sholawat yang dituturkan dulunya untuk membangkitkan semangat para khalifah Ketika di medan perang. Kemudian Syarofal Anam ini dikenal di Indonesia pada abad ke 18 yang di kenalkan oleh ulama asal Palembang yakni Syekh Abdus Somad Al Palimbani.
Banyak tradisi yang terdapat di desa tersebut salah satunya juga ada tradisi menanam TOGA (tanaman obat keluarga) tradisi ini bertujuan agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah, mudah, nyaman dan tentunya alami. Selain mempelajari tradisi setempat, Khairi Ridani juga membagikan keahliannya di bidang seni, yaitu Khairi kerap mengajarkan anak-anak dan remaja setempat tentang kesenian, khususnya seperti Pantomim dan juga kesenian tradisional Kalimantan Selatan yaitu Madihin.