Al Ghozi, Banjarbaru 2024 - Adolesen merupakan sebuah periode yang dialami pada kehidupan manusia yang biasa kita sebut dengan masa remaja. Di negara Barat, masa remaja ini disebut dengan istilah “adolescence” yang berasal dari bahasa Latin “adolescere”, yang berarti dalam perkembangan menjadi dewasa.
Mengenai batasan usia tentu perlu diketahui, sebagai batas suatu tahap perkembangan. Terlepas dari perbedaan batas tersebut, beberapa psikolog membagi fase ini menjadi empat bagian, yaitu: (1) masa pra-remaja atau pra-pubertas, dari umur 10 tahun hingga 12 tahun, (2) masa remaja awal atau pubertas, dari umur 12 tahun hingga 15 tahun, (3) masa remaja pertengahan, dari 15 tahun hingga 18 tahun, (4) masa remaja akhir, dari 18 hingga 21 tahun. Mengenai pembagian tersebut yang masuk dalam fase adolesen hanyalah remaja awal hingga remaja akhir.
Dalam kajian psikologi perkembangan ini, kita dapat melihat berbagai macam interaksi sosial, kognitif dan emosional para adolesen yang terjadi pada saat PPL-B berlangsung. Maka dalam hal ini mahasiswa PPL-B berperan sebagai adolesen akhir dan peserta didik dari kalangan siswa SMP atau sederajat adalah mereka yang berperan sebagai adolesen awal. Kemudian siswa SMA atau yang sederajat adalah mereka yang berperan sebagai adolesen pertengahan.
Peserta PPL-B Sedang Mengajrkan Musik Panting |
Meskipun kita mengetahui jika dilihat dari segi fisik seringkali dapat dibedakan dan bisa jadi tidak sesuai, seperti istilah yang kita kenal “muka tidak sesuai dengan umur” sebagai fenomena yang tidak asing. Oleh karena itu keselarasan yang bisa dipastikan adalah hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan kematangan seksual yang disebut masa pubertas. Dampak atas pesatnya peningkatan hormon testosteron dan estrogen sepanjang fase adolesen ini.
Perbandingan emosional mereka, mahasiswa dan peserta didik memiliki perbedaannya masing-masing. Adolesen awal, mereka baru saja memulai penjelajahan mengenai identitas, dapat diketahui bagaimana mereka lebih mudah dan rentan terhadap pergaulan teman sebayanya. Untuk adolesen pertengahan, mereka sudah mulai stabil dan mandiri secara emosional sehingga terkadang lebih bernegosiasi dengan diri mereka sendiri untuk melakukan sesuatu dan menerima sesuatu yang terjadi tanpa bereaksi yang berlebihan. Adapun adolesen akhir tentunya kestabilan dan pengetahuan tentang identitasnya sudah lebih jelas. Kemandirian atas keputusan dari nilai-nilai yang mereka pegang sudah mulai terbentuk.
Tidak berbanding jauh terhadap kemampuan kognitif mereka. Adolesen awal sudah berkembang berpikir dengan cara yang konkret (berfokus hanya kepada informasi yang ada) ke abstrak (dapat memproses informasi yang tidak dapat diamati), namun masih terbatas untuk berpikir kritis seperti melihat konsekuensi dalam jangka panjang. Adolesen pertengahan meningkat dengan berpikir pada konsekuensial dalam merencanakan masa depan. Selanjutnya adolesen akhir, yang kemampuan berpikirnya sudah dengan perspektif yang kompleks dan matang dari fase adolesen sebelumnya.
Peserta PPL-B Sedang Mengajar Di Dalam Kelas |
Dalam perbedaan tahap kognitif dan emosional seperti itu, bertemu dalam situasi PPL-B maka akan memperlihatkan dinamika interaksi yang menarik. Pada saat PPL-B berlangsung maka adolesen akhir dan pertengahan cenderung lebih terpengaruh dengan apa yang dilakukan oleh adolesen akhir. Kecenderungan itu karena mereka melihat adolesen akhir adalah seorang sosok yang dewasa terlebih lagi adalah seorang mahasiswa. Sebaliknya, bagi adolesen akhir yang sadar akan kecenderungan mereka, akan merasa bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.
Interaksi ini membuka sebuah peluang bagi adolesen awal dan pertengahan untuk belajar dari segi pengalaman para adolesen akhir. Dari segi umur yang terpaut sangat berdekatan antar adolesen ini lebih mudah dalam pendekatan. Dengan pendekatan yang mudah, para adolesen yang lebih muda ini akan merasa terinspirasi untuk mengambil contoh bahkan perspektif dan pola pikir adolesen akhir.
Tanya Jawab Seputar Pembelajaran |
Meskipun pada sisi lain, sangat memungkinkan munculnya konflik apabila adolesen akhir ini terlalu mendominasi sehingga adolesen awal dan pertengahan terkesan tidak dihargai. Permasalahan ini sesuai dengan penjelasan tentang perbedaan dalam kematangan emosional dan kognitif antar adolesen. Sebagai mahasiswa PPL-B, hal ini adalah sebuah kesempatan dalam menangani permasalahan yang mungkin akan terjadi pada saat mereka menjadi guru.
Referensi: Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 11.