JALAN-JALAN DENGAN MEMBACA

0

Rahcmad, Martapura 2024 - Liburan telah tiba, gemuruh suara kendaraan terdengar riuh dari kejauhan. Terlihat jalan raya dipenuhi sesak, bahkan sering di antara mereka terjebak macet. Para mahasiswa dari berbagai daerah mulai kembali ke kampung halamannya masing-masing, tak sedikit dari teman penulis yang memulai perjalanan pulangnya pada malam hari. 

Liburan kali ini tidak begitu lama, namun sudah cukup mengobati rindu yang telah lama bersarang pada tubuh mahasiswa yang sering dihantam tugas, terlebih mereka yang aktif dalam organisasi. Pasti mereka perlu pelukan hangat dari wajah-wajah senyum keluarga di rumah, pemandangan indah kampung halaman, dan tak kalah penting masakan yang menggugah selera dari Sang Ibu. 

Setelah liburan ini, kami (mahasiswa) harus berhadapan dengan Ujian Tengah Semester. Alangkah baiknya, canda dan tawa bersama keluarga di kampung halaman diselingi dengan membaca dan mengingat kembali apa yang pernah disampaikan dosen.

Berbeda dengan teman-teman yang lain, penulis tetap stand by di kos. Bukan kembali ke kampung halaman melainkan membuka halaman demi halaman, dengan begitu penulis juga bisa menikmati liburan dengan jalan-jalan, bahkan keliling dunia. 

Inilah salah satu jalan-jalan gratis, tak perlu banyak mengeluarkan biaya apalagi banyak tenaga. Jalan-jalan yang tak perlu menggerakkan kaki, yakni membaca buku. Terutama buku-buku yang bercerita tentang perjalanan, yang lebih banyak membahas situasi dan kondisi wilayah. 


Di bulan Ramadhan ini, penulis menyempatkan diri untuk membaca dua novel, yakni; Sang Alkemis dan Serambi Mujahid Mesopotamia. 

Kedua novel tersebut membawa penulis untuk membersamai tokoh utama pada kedua novel untuk mencari harta karun dan melawan pasukan belang; tentara Amerika yang saat itu masih menduduki Irak. 

Novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho ini ternyata merupakan dongeng spiritual. Penulis terkejut, di dalamnya membahas kekristenan dan juga keislaman, ternyata memang novel ini sarat akan nilai-nilai agama yang universal. 

Apalagi ketika tokoh utama memulai perjalanannya untuk mencari harta karun di Piramida Mesir. 

Ada sebuah kutipan yang membuat tokoh utama berani dalam mengambil keputusan agar tetap pergi ke Mesir, yakni 

"Ketika kita memiliki cita-cita, maka alam semesta akan membantu kita dalam mewujudkannya". 


Banyak pernyataan yang berupa dialog maupun narasi yang membicarakan tentang bagaimana merealisasikan mimpi untuk menjadi kenyataan. Sehingga penulis yang pada saat ini mengalami futur, dapat segar kembali menjalani aktivitas dengan semangat. 

Dan memang novel ini mampu memberikan motivasi dan inspirasi terhadap pembacanya untuk tergerak meraih cita-cita. 

Kemudian novel "Serambi Mujahid Mesopotamia". Dalam novel tersebut memuat tema yang menarik yaitu perjuangan seorang pria yang memperjuangkan sebuah negara dan seorang wanita. 

Ketika membacanya penulis seakan-akan diajak jalan-jalan ke tanah Irak, kemudian diajak untuk mengangkat senjata melawan tentara Amerika. Suatu hari ketika tokoh utama dan kawan-kawannya sedang di Aqabah mereka bertemu wanita cantik bernama Salwa yang juga seorang mujahid(ah) dengan perawakan yang tidak begitu tinggi dan lincah. 

Sebagai manusia normal, tokoh utama menaruh hati pada gadis itu, malangnya tokoh utama bertemu dengan  gadis itu di medan perang hanya 3 hari, sampai masa kontraknya habis pun ia belum ketemu Salwa. 

Setelah 3 tahun akhirnya tokoh utama dipertemukan kembali dengan Salwa di Mekkah, betapa kuatnya kesabaran mereka. Alasan tokoh utama memilih untuk menjadi mujahid salah satunya adalah tokoh utama yang bernama Reihan ini telah menaruh hidup dan matinya sebagai pejuang di tanah Irak demi melupakan masa lalunya yang suram akibat kehilangan seluruh anggota keluarganya karena tsunami Aceh 2004. 

Membaca novel ini, membuat penulis lebih menghormati para mujahid dan mujahidah, lebih-lebih mereka yang sekarang sedang berjuang untuk Palestina. 

Berangkat dari kegelisahan penulis, tulisan ini dapat rampung. Kegelisahan yang muncul akibat kesepian, namun syukur Alhamdulillah, ada banyak buku yang minta untuk dibaca, sebelum buku itu yang membaca penulis (tidur). 

Walau berada di bulan Ramadhan, penulis tetap melakukan kunjungan ke istana pengetahuan, yakni Perpustakaan IAI Darussalam Martapura di trem koleksi buku Tarbiyah. 

Selain membaca, penulis juga ingin menghilangkan kesumpekan akibat tak ada teman untuk berbicara. Mau tidak mau buku-lah menjadi teman penulis. 


Apakah teman-teman mau menjadi teman penulis? Karena Bulan Ramadhan mau berakhir, izinkan penulis untuk memuat puisi penulis sendiri disini. 

*KU TITIPKAN RAMADHAN PADA MU* 

Ramadhan kembali dengan wanginya yang khas; kasih sayang, lailatul qadr dan maghfirah Nya.
Tilawah Al-Qur'an mulai bersaut-sautan, dan raka'at tarawih menjadi wasilah asyik ber-mukallamah dengan Mu.
Sukacita ibadah malam, berburu menu yang telah Allah sediakan, tapi sekarang terahasiakan.
Namun bukan menu itu yang kami cari, Sang pemilik menu itulah yang kami tuju.
Ya Allah jadikan Ramadhan kami setahun penuh, agar tak ada kebencian di antara kami. Agar kami selalu berkasih sayang.
Semoga kami mampu sholat di luar sholat, agar sujud kami selalu mengiringi, sehingga tak ada lagi rasa sombong.
Kau beri kami Ramadhan tak hanya di jasad namun juga pada batin kami.
Getar bahagia menanti seribu bulan Mu.
Tetes air mata harap ampunan Mu,
semoga menjadi jalan tuk memandang wajah Mu.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)